Sabtu, 19 Januari 2013

Menjadi Mahasiswa Berprestasi Dunia dan Akhirat "Kenapa Tidak"


Kampus memang tempatnya menimba ilmu dan pastinya tempat tuk meraih prestasi. Baik itu prestasi akademik maupun non akademik. Oleh karena itu, banyak sekali mahasiswa yang berlomba-lomba untuk ikut dalam berbagai kompetisi, baik yang di adakan di internal kampus semisal mengikuti lomba karya tulis ilmiah, Mapres (Mahasiswa Berprestasi) dan lomba debat maupun yang diadakan eksternal kampus, semisal lomba yang diadakan oleh Dikti, kampus lain ataupun Institusi pendidikan lainnya. Dan ternyata tidak sedikit dari teman-teman kampus yang berhasil menjadi juara dalam kompetisi semacam itu lho... Apa kamu salah satunya?
Namun dewasa ini, banyak dari kita yang menganggap bahwa prestasi itu hanya sebatas nilai yang tinggi, IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tinggi, dan mampu meraih penghargaan pada kompetisi tertentu, betul ga? Padahal tidak semua yang berprestasi bisa diukur dari nilai alias angka di atas kertas lho. Banyak orang yang sudah membuktikannya. Kadangkala kita menemui ada mahasiswa yang pada saat kuliah dia mendapatkan nilai yang biasa-biasa saja, IPKnya dua koma alhamdulillah, namun ketika dia selesai kuliah dan terjun ke dunia bisnis dia menjadi orang yang berhasil. Ada pula orang yang pada saat kuliah dia terkenal cerdas, selalu mendapatkan nilai tertinggi, dan IPK cumlaude, namun dia hanya bisa menjadi seorang bawahan yang prestasi kerjanya biasa saja.
Selain itu, kita juga banyak sekali menemukan orang yang cerdas memiliki peringkat tertinggi di kelasnya, tetapi dia sombong dan tidak mau berbagi ilmu dengan temannya yang lain. Dengan kata lain kecerdasan dan prestasi tidak berbanding lurus dengan kualitas moral yang baik. Nah kalau begitu, apa sih sejatinya makna prestasi? Dan bagaimanakah mahasiswa yang berprestasi itu?
Prestasi secara umum bisa diartikan sebagai hasil belajar, mempelajari, dan memahami segala sesuatu. Ada juga yang mengartikan sebagai hasil capai kesuksesan yang kita peroleh dari usaha yang kita lakukan dalam meraih sesuatu. Sedangkan mahasiswa berprestasi disebutkan dalam panduan pemilihan mahasiswa berprestasi yang dikeluarkan oleh Komisi Pendidikan Nasional, berarti mahasiswa yang berhasil mencapai prestasi tinggi, baik akademik maupun non akademik, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan bersikap positif. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang belajar dengan bersungguh-sungguh ketika akan menghadapi ujian hingga akhirnya mendapatkan hasil yang terbaik. Contoh lain saat seorang mahasiswa mempresentasikan karya tulisnya. Kemudian dia berhasil memenangkan kompetisi karya tulis ilmiah tersebut. Itulah beberapa contoh arti prestasi dan mahasiswa yang berprestasi secara sederhana. Namun, apakah sudah cukup?
Prestasi sebagai hasil belajar dan memahami sesuatu mengandung arti apa yang telah dipelajari dan dipahami itu berpengaruh dalam sikapnya seperti peribahasa padi yang semakin berumur semakin merunduk dan yang tidak kalah penting adalah bermanfaat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Pertanyaan selanjutnya adalah cukupkah kita ketika sudah dikatakan berprestasi di mata manusia? Jawabannya pasti tidak. Sebagai seorang muslim yang kebetulan mahasiswa, tentunya berprestasi di hadapan Allah Sang Pencipta Manusia dan berhasil meraih keridhoan-Nya adalah dambaan dan tujuan semua muslim. Allah sendiri telah berfirman dalam Quran Surat Ali Imran [110]: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahhli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik
Allah telah memberikan kita kaum muslim predikat sebagai umat yang terbaik. Umat yang berprestasi. Bukan hanya berprestasi di dunia tetapi juga untuk akhirat. Rasulullah pun sebagai teladan kita adalah sosok yang sangat mencintai prestasi. Dalam setiap perbuatan yang Rasulullah lakukan sangat terjaga mutunya dan mempesona kualitasnya. Misalnya shalat yang beliau lakukan adalah shalat yang prestatif artinya sangat menjaga kekhusyuannya. Belum lagi dalam masalah strategi perang dan pengurusan rakyat Madinah kala itu. Para sahabat yang notabenenya hasil pembinaan Rasul juga memiliki prestasi yang gemilang. Sebut saja Mushab Bin Umair yang diutus Rasul untuk mengajarkan Islam di Madinah. Hanya dalam waktu satu tahun, Mushab mampu membuat opini Islam menyebar di seluruh Madinah hingga dikatakan tidak satupun rumah di sana yang tidak membicarakan Islam dan Rasulullah. Dan mungkin kita masih ingat Muhammad Al Fatih yang mampu menaklukkan Kota Konstantinopel pada saat beliau berusia 21 tahun, beliau dan pasukannya mendapatkan predikat sebagai pemimpin dan pasukan terbaik.
Rasulullah dan para sahabat sudah memberikan kita cukup bukti bagaimana dalam setiap perbuatan yang dilakukan, beliau-beliau mampu melahirkan prestasi dengan tidak meninggalkan aspek tujuan dan kualitas/mutu dari perbuatan. Artinya setiap perbuatan jelas tujuannya dan langkah-langkah agar tujuannya tercapai juga jelas. Sedang motivasi yang ada hanyalah motivasi ruhiyah yang berasaskan aqidah Islam. Sudah sunnatullahnya bahwa orang-orang yang mendapatkan predikat terbaik adalah mereka yang paling berkualitas dalam amal perbuatannya. Baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Begitulah gambaran Muslim prestatif. Dia tidak hanya mencukupkan diri berprestasi di hadapan manusia, tetapi juga berusaha untuk berprestasi di hadapan Allah. Nah, bila kita ingin menjadi muslim dan mahasiswa yang berprestasi, berarti kita tidak boleh mencukupkan diri hanya dengan mendapatkan peringkat tertinggi, IPK terbaik, dan predikat memuaskan, tetapi juga harus berprestasi di mata Allah. Bagaimana caranya? Belajar adalah kuncinya. Bukan hanya mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga mempelajari Islam, mendalami Islam, melaksanakan Islam dalam kehidupan, dan menyebarkan Islam. Insya Allah, kesejahteraan di dunia dan keridhoan-Nya pun akan kita dapatkan. Wallahu a'lam Bish showwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar